Mengejar Museum Macan

Tuesday, September 04, 2018


Akhirnya MrsBuckwheat jadi pergi juga ke Museum Macan setelah sekian lama menunggu. Tapi perginya tetap saja sendirian hahaha...*miris*.

Teras gedung AKR
Gue sampai di teras gedung AKR kira-kira pukul 11:19 siang. Selama di perjalanan, sempat kepikiran nanti museumnya kelihatan jelas atau bakalan susah carinya. Dan ternyata, petunjuknya jelas sekali. Di dinding teras gedung AKR terpampang poster ekshibisi Yayoi Kusama. Masuk ke dalam gedung, ada petunjuk arah ke Museum Macan. Dari pintu utama, masuk terus menuju Family Mart. Pengunjung yang sudah mempunyai tiket bisa langsung menuju lantai M dengan lift. Sedangkan bagi yang belum mempunyai tiket, dapat menggunakan eskalator yang berada di depan Family Mart. Karena sudah punya tiket, gue naik lift ke lantai M.

Di dalam lift
Begitu pintu lift terbuka, gue speechless. Dinding bagian dalam lift dihias dengan banyak bulatan merah ala Yayoi Kusama. Rasanya menyenangkan, bikin senyum-senyum sendiri.

Lantai M, Museum Macan.
Saat pintu lift terbuka, gue lebih speechless lagi. Kenapa gue harus berpikir selama itu untuk ke tempat sebagus ini? Tiba-tiba gue merasa agak bodoh.

Di seberang lift ada Ruang Seni Anak "Kotak Utak Atik" dan di sebelah kanannya ada eskalator menuju ke lantai atas. Lalu, di sebelah kirinya berupa ruangan luas dengan jendela berhiaskan decall Dots Obsession-nya Yayoi Kusama. Ada Cafe 1/15 Coffee, jalur antrian untuk masuk ke ruang ekshibisi, toko merchandise, dan loket penitipan barang.

Lantai M, Museum Macan
Karena datang lebih awal, sambil menunggu gue cuci mata di toko merchandise. Toko ini menawarkan berbagai jenis barang yang nggak semuanya berhubungan dengan Yayoi Kusama.

Poster ekshibisi Yayoi Kusama: Life is The Heart of A Rainbow
Selain merchandise Yayoi Kusama, juga tersedia buku anak-anak, buku kesenian, emblem, scarf, aromaterapi, art prints, dan masih banyak lagi. 

Toko merchandise
Entah berapa kali gue mondar-mandir, semuanya tampak menggoda. Gue naksir kartu pos Yayoi Kusama, emblem bordir, art prints Jakarta, scarf mini, dan dua buku anak.


Seperti biasanya, merchandise yang ingin dibeli harus menunggu sampai gue selesai melihat ekshibisi. Apalagi benda-benda berukuran besar (lebih dari 32x24x15 cm) tidak diperkenankan masuk ke area ekshibisi, begitu juga makanan, minuman, segala jenis kamera kecuali kamera handphone, tongsis, dll. Daftar selengkapnya bisa dilihat di Visitor Guideline. Jangan khawatir, kalau sudah terlanjur membawa benda-benda tadi karena telah disediakan loket penitipan barang.

Cloakroom, tempat penitipan barang.
Puas cuci mata, gue menuju jalur antrian masuk ekshibisi. Ternyata masih belum dibuka. Untuk sesi yang gue pesan, yaitu pukul 12.00 siang, antrian akan dibuka mulai pukul 11.45. Jadilah MrsBuckwheat menunggu lagi, mondar-mandir di sekitar 1/15 Coffee. Sebelumnya, nggak lupa mengambil booklet panduan ekshibisi di meja informasi.

Museum Guide
Merasa takut museum ini nggak cocok buat anak-anak? Museum ini justru ramah anak-anak. Bahkan ada buku panduan khusus untuk anak, juga ruang menyusui.

Baca sejarah Yayoi Kusama di dinding ini.
Di dinding dekat 1/15 Coffee ada informasi sejarah Yayoi Kusama dari tahun ke tahun, yang ditulis dalam dua bahasa. Untung saja tadi jalur antriannya belum dibuka. Kalau tidak, dinding ini pasti akan terlewatkan oleh gue. Selain itu, Great Gigantic Pumpkin juga diletakkan di dekat 1/15 Coffee.

Salah satu karya Yayoi Kusama yang berada di luar area ekshibisi
Jam sudah menunjukkan pukul 11.45. MrsBuckwheat buru-buru menuju jalur antrian masuk. Petugas keamanan memeriksa jam sesi yang ada di tiket. Karena gue membeli tiket secara online, gue hanya perlu menunjukkan e-ticket saja. Setibanya di depan pintu masuk area ekshibisi, staf yang bertugas meminta gue untuk membaca papan yang berisi tata tertib museum. Setelah selesai, e-ticket gue dipindai dan gue dipersilahkan masuk.

Tata Tertib Museum
Salah satu karya Yayoi Kusama langsung menyambut MrsBuckwheat. Berupa bunga bermotif polkadot dengan sebuah mata di bagian tengahnya.

Mata di dalam sebuah bunga.
Dan saat menoleh ke sebelah kanan, all I see is yellow! Dots Obsession adalah area pertama yang langsung menyegarkan hati MrsBuckwheat. Bola-bola kuning dengan polkadot hitam berada di lantai dan menggantung di langit-langit. Ditambah decall yang ada di jendela.

Dots Obsession
Sepertinya area ini menjadi area paling digemari untuk berfoto. MrsBuckwheat beberapa kali mencoba selfie tapi backgroundnya selalu pengunjung lain. Hehehe...
Can you see it?
Nah, bola ini favorit MrsBuckwheat di area Dots Obsession. Selain karena nggak bisa foto-foto sendiri dan nggak ahli selfie, yang ini memang yang terspesial. Intip saja dari balik lingkaran kaca dan... Voilà!

Dots Obession
Terlihat pemandangan menakjubkan yang nggak pernah gue lihat sebelumnya. I feel like an amused child! Dibalik bola terbesar pun ternyata ada pintu masuk menuju Dots Obsession - Infinity Mirrored Room.


Tenang saja... Pengunjung yang datang sendirian, akan masuk sendirian pula ke ruangan ini. Nggak akan digabungkan dengan rombongan pengunjung lainnya. Setiap sesi hanya berdurasi 1 menit.

Narcissus Garden
Masuk ke ruangan selanjutnya, ada instalasi Narcissus Garden. 1500 bola stainless steel, masing-masing berdiameter 30 cm, tertata rapi di lantai. Dari yang gue baca, walaupun berkilau, bola-bola ini tidak bisa dipakai untuk bercermin. Justru yang tampak adalah bayangan belakang kepala kita, bukan wajah kita. Penasaran, gue sempat ingin mencoba tapi mengingat gue sedikit clumsy dan instalasi ini sama sekali tidak boleh disentuh. Gue mengurungkan niat gue dan bergeser ke karya lainnya.




Di seberang Narcissus Garden adalah area Early Works dan Infinity Nets. Gue tidak akan menjelaskan kedua area ini lebih lanjut supaya yang penasaran segera bergegas ke Museum Macan *grin*
Jalur antrian instalasi Pumpkin Room
Di ujung area Infinity Nets, MrsBuckwheat menemukan satu lagi ruangan instalasi. Namanya Pumpkin Room. Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung harus melalui jalur antrian dan melepaskan alas kaki. Jujur gue lupa berapa kuota per sesi dan berapa lama durasi per sesinya.

Ruangan berdinding, berlangit-langit, dan berlantai kuning polkadot hitam ini berisi sebuah kubus super besar. Berlapiskan cermin di sisi-sisinya, kubus ini memantulkan corak kuning polkadot hitam. Pertama kali, gue cukup bingung. Apa yang akan gue lakukan di ruangan ini. Sampai gue melihat celah berbentuk bujur sangkar di bagian belakang kubus. Perlahan-lahan gue naik tangga yang disediakan.

Pumpkin Room
Wow! Luar biasa! Nggak menyangka ada instalasi di dalamnya. I'm so amazed! Keren sekali! Pikiran gue langsung dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Bagaimana cara membuatnya? Apa yang Yayoi pikirkan saat membuatnya? Berapa lamakah ini dibuat? Bagaimana bisa jadi seperti ini?

Merasa cukup puas mengintip. Gue mulai mondar-mandir. Pasti ada cara untuk berfoto full body selfie di ruangan ini. And yay! Gue tahu! Cukup berdiri di sudut ruangan, menghadap ke arah cermin. Lalu arahkan kamera handphone ke kubus. Gue puas sekali dengan selfie gue :D

Oh, bukan yang ini :D
Di luar ruangan, gue bertemu lukisan yang cukup familiar. Lukisan Pumpkin FOPKK, mengingatkan gue akan Giant Gigantic Pumpkin. Beberapa tahun yang lalu, gue pernah foto bersama dengan latar belakang labu raksasa itu di Gandaria City. Saat itulah pertama kalinya gue tahu tentang Yayoi Kusama.

Lukisan "Pumpkin FOPKK" karya Yayoi Kusama.
Bergeser ke ruangan berikutnya, ruangan tersebut memajang karya-karya monokrom dengan gambar-gambar yang lebih kekanakan. Karya-karya ini merupakan karya cetak saring dan tergabung dalam seri berjudul Love Forever.

Di tengah-tengah ruangan, mata gue menangkap satu instalasi kotak (lagi!). Rasanya tidak mungkin kotak ini tidak berisi apa-apa. Berbeda dari kotak intip sebelumnya, yang ini memiliki banyak celah lingkaran. Penasaran?

Kotak intip "I Want to Love on A Festival Night" (2017)
Bukan hanya merah, banyak warna berkelap-kelip di dalamnya. Isi kotak ini mengingatkan gue akan klub disko (yang hanya bisa gue lihat di film), arcade game room, dan taman bermain. Perasaan bahagia melihat warna-warni lampu, membuat gue seakan mengerti maksud dari judul yang diberikan. "I Want to Love on A Festival Night", harapan untuk bisa mencintai di momen yang indah. Sayang videonya terlalu besar untuk gue upload di sini. Tapi jangan kecewa, masih ada kesempatan untuk melihat langsung isi kotak intip ini sampai 9 September 2018 di Museum Macan.

Koleksi "My Eternal Soul" di Museum Macan
Kontras dengan Love Forever, ruangan selanjutnya "My Eternal Soul" berisi karya-karya penuh warna Yayoi Kusama. Selain lukisan, terlihat 5 buah patung yang sama berwarnanya. Gue paling suka yang warna merah muda.

Spotted! Lukisan "Life is The Heart of A Rainbow"
Saat melihat patung-patung di ruangan ini, gue sama sekali nggak menduga akan membuat sesuatu yang ternyata dapat menjadi patung-patung tersebut. Bahasa gue mutar-mutar ya? :D.

Jadi...., awalnya gue hanya mendaftar untuk Loka Karya Patung Lunak pukul 15.00 sore di Museum Macan. Tapi hari itu hanya ada bus jam 6 pagi dari kompleks rumah gue. Daripada terlalu lama singgah di FX Sudirman, gue pikir lebih baik melihat ekshibisi di sesi siang saja. Supaya gue juga lebih cepat sampai di rumah.

Song of A Manhattan Suicide Addict
Berjalan ke ruangan selanjutnya, gue melihat dua layar kecil yang menampilkan foto-foto Yayoi Kusama yang diambil oleh Eikoh Hosoe, untuk karya berjudul "Walking Piece". Sayup-sayup terdengar suara nyanyian yang entah kenapa menyayat hati. Rupanya ada satu ruangan gelap berlayar besar dengan bangku-bangku hitam. Di layar terlihat Yayoi Kusama sedang membaca puisi. Karena takut dengan suasana yang terlalu suram, gue hanya mengintip dari balik dinding.

Antrian Brilliance of The Souls
Selanjutnya..., antrian lagi! Hore! Senang sekali benar-benar kesampaian melihat Infinity Mirrored Room - Brilliance of The Souls. Sebelum masuk ke ruangan, pengunjung wajib membaca papan informasi denah ruangan. Kenapa wajib? supaya nggak tercebur hehehe... Sebab ruangan ini gelap, dan platform (panggung) untuk berjalannya tidak panjang. Pastikan untuk berhenti di lingkaran merah. 

Oya, ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh 2 pengunjung per sesinya. Durasinya berubah-ubah sesuai panjang antrian. Gue antri 2 kali. Sesi pertama 35 detik, sesi kedua berkurang jadi 20 detik karena antriannya semakin panjang. 

Selanjutnya adalah The Obliteration Room. Cuman kayaknya nggak seru ya kalau semua gue ceritakan di sini. Jauh lebih seru kalau dilihat langsung :)

Eskalator menuju The Obliteration Room

Di dalam The Obliteration Room

Stiker untuk ditempel di bagian putih mana pun di The Obliteration Room

Tempel di sini saja ya?

Dengan cap ini, pengunjung bisa masuk kembali ke ruang ekshibisi di lantai M
Sebelum ke The Obliteration Room, mintalah cap agar bisa kembali masuk ke ruang ekshibisi selama sesi yang dipesan masih berlangsung. 

Tangan gue sudah dicap namun waktu menunjukkan pukul 13.30. Karena kira-kira gue membutuhkan waktu satu jam untuk makan dan istirahat. Alih-alih masuk kembali, gue memutuskan untuk mengunjungi ruang Kotak Utak Atik (The Tinkering Box) oleh Gatot Indrajati.

Informasi Kotak Utak Atik
Ruang Kotak Utak Atik di Museum Macan
Peralatan pendukung di Kotak Utak-Atik
Bagi orang dewasa yang ingin menggambar di ruangan ini, harap maklum. Ruangan ini ditujukan untuk anak-anak. Jadi, hanya anak-anak yang boleh menggambar di ruangan ini. Cuman namanya juga penasaran tingkat anak SD, gue tanya apa gunanya senter yang berjejer di atas meja. Staf di ruang itu menjelaskan bahwa senter itu digunakan untuk mencari robot-robot yang tersembunyi di jendela-jendela kardus. Tiba-tiba senter disodorkan dan gue dipersilahkan mencari robot-robot itu. Hahaha...senang banget rasanya boleh mainan! V pasti juga bakal senang banget ya kalau ikut ke sini. 

Puas "bermain" di Kotak Utak Atik, gue masuk ke area toko merchandise dan membeli buku cerita "Terbang" oleh-oleh untuk V. Kasirnya sangat ramah, gue lumayan terhibur akhirnya bisa berkomunikasi agak banyak hari itu.

Tepat pukul 15.00, sudah waktunya makan siang (yang telat). Seperti yang gue bilang di atas, ada kafe 1/15 Coffee di lantai M. Tapi karena nggak enak rasanya makan di sana sendirian, gue turun ke lantai lobby. Maksudnya sih mau ke Family Mart, beli makanan siap makan seperti onigiri atau roti. Melihat antrian penuh bapak-bapak di dalam Family Mart, gue malah belok masuk ke Starbucks.

Earl Grey tawar dan Panini Selai Kacang
Kelar makan siang yang menunya seperti cemilan sore, gue naik lagi ke lantai M menggunakan lift dan lanjut naik lagi ke lantai 6 menggunakan eskalator. Eskalator ini sangat cantik menurut gue. Tinggi, langsing, dan dihiasi polkadot merah di kacanya. Kecepatannya cukup lambat dan sepi. Namun, sesampainya di atas, gue disuguhi pemandangan kota Jakarta dari balik kaca jendela.

Meja gue saat Soft Sculpture Workshop
Loka karya hari itu adalah pengalaman pertama gue membuat Patung Lunak. Dan, dengan percaya dirinya gue memilih untuk menggunakan metode rangka. Pede banget ya? Dulu gue pernah beberapa kali membuat boneka dan bantal tanpa rangka. Sekarang jadinya gue ingin mencoba memakai kawat. 

Walaupun keteteran selama 2 jam lebih, akhirnya patung lunak gue jadi juga dong...*senyumlebar*. Terima kasih banyak buat para tutor yang sangat sabar dan kompeten.

Sebelum pulang, gue belok lagi ke toko merchandise untuk beli tambahan oleh-oleh. Buku gambar 4D untuk V.

Info Museum Macan
- alamat dan lokasi: https://www.museummacan.org/visit

Kenapa judulnya Mengejar Museum Macan? 
MrsBuckwheat akhirnya berkunjung 2 minggu sebelum pameran Yayoi Kusama berakhir.


Disclaimer
*Semua foto milik pribadi 
*No sponsorship in this post




You Might Also Like

0 comments

Blogger Perempuan