Balada Mbak Kebon (Part 1)

Monday, October 15, 2018


As a corporate slave kelas sudra, ngirit tu semacam kewajiban yang nggak tertulis. Nah, salah satu upaya pengiritan gue adalah dengan mengurangi jatah belanja baju  mulai berkebun. Alhamdulillah, babeh juga hobi berkebun. Klop kan. Babeh nanem, gue manen bantu ngerawat.

Ternyata, bercocok tanam khususnya organik itu kayak menangin hati kamu, adaaaa aja tantangannya! (ah elah, apaan sih). Intinya, ada seni dan setidaknya ilmu dasar yang memang perlu dipahami. 

Pas banget, baru-baru ini ada kelas Urban Farming yang dimentori oleh Ayo Nandur. Gue yang bekal perkebonan masih super tipis dan sangat haus akan ilmu (duileee), join kelas tersebut dong. Walaupun kelas kilat, ada beberapa ilmu dasar yang berhasil gue inget

Kelas dibuka dengan penjelasan dari mentor yang terangkum di buku saku. Peserta juga mendapat benih bayam. Fyi, benih itu yang hitam kecil-kecil itu, kalau yang sudah bentuk tanaman namanya bibit.

Langkah awal, berdoa! kemudian persiapkan media tanam. Seringkali gue suka asal main sebar biji atau tancepin taneman. Kadang berhasil dan amazed sendiri (tepok tangan) tapi seringnya sih gagal, wkwkwkwk. Ternyata, dari awal, media tanam memang perlu diperhatikan. 

Yaitu, terdiri dari campuran tanah, pupuk dan sekam bakar dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Kalau lu mau kubur kenangan ya campurin sekalian aja juga terserah dah. Ini perbandingan dasar secara umum, sedangkan untuk tanaman-tanaman tertentu ada lagi perbandingannya.  

Dalam kelas kilat kali ini, kami menanam benih bunga matahari, benih bayam, benih cinta, bibit sawi dan bibit basil. Setelah media tanam siap, masukan benih, tutup sedikit tanah, siram pakai air (ya iyalah masa kecap sih Tong). Ingat, semua tahapan tersebut lakukan dengan tersenyum dan penuh suka cita. Biar hepi kita.

Dua polibag di bagian bawah media tanam yang terdiri dari tanah, pupuk dan sekam, kemudian ditanam benih bunga matahari. Dua di atas bibit sawi dan basil
Normalnya, benih tersebut akan mulai tumbuh antara 3 – 14 hari. Setelah benih tumbuh dan berdaun empat, bisa dipindah ke polibag yang lebih besar, pot atau langsung ke tanah. Jangan lupa media tanam baru tersebut juga diberi pupuk. (Fyi, percobaan gue gagal, bisa jadi bantet alias ga nongol atau nongol tapi ditotol ayam. Pffftttt). Tapi gue coba lagi, lagi dan lagi kok. Tsaahhh 

Berikutnya, tahapan yang lebih menantang : MERAWAT!. Pastikan tanaman terkena cukup sinar matahari dan tidak kekurangan air. Balik lagi, ini pada umumnya ya, karena untuk tanaman-tanaman tertentu juga ada perlakukan khusus lagi.

Mari merawat
Oya, penyiraman biasanya dilakukan pada pagi atau siang hari. Tapi khusus di musim kering dengan panas menyengat seperti ini, siang hari juga bisa dilakukan. Tujuannya, agar tanaman tidak layu. Dengan catatan, siramnya di tanah, jangan ke daun.

Selama tanaman tumbuh, kadang hadir juga hama. Ya samalah kayak hubungan yang tiba-tiba suka ada orang ketiga aja gitu nongol pas gi mekar-mekarnya hubungan. Hih. Nah karena organik, maka kita gunakan pestisida berbahan alami yang bisa kita buat sendiri dari dedaunan pahit. Diantaranya daun pepaya dan daun mimba. Ambil setangkup dedaunan tersebut, tumbuk, campur dengan 1 liter air, diamkan semalam, saring lantas semprotkan ke bagian yang terkena hama.

Oiya, Ayo Nandur yang dikelola oleh mbak-mbak dan mas-mas alumnus jurusan pertanian ini juga menyediakan sejumlah paket berkebun yang dinamai ‘Kebun Cilik’. Paket tersebut berisi benih, media tanam, pot kecil serta panduan untuk menanam. Benihnya juga bermacam, mulai dari aneka sayuran dan bunga. Paket ini diproduksi untuk memudahkan para pemula yang ingin mencoba berkebun.

Okay? Segini dulu, kan kelasnya juga kilat. Semoga bermanfaat. Besok-besok kalau ikutan kelas lagi, kita saling share lagi yaww ^^

Kebun Cilik, paket berkebun dari Ayo Nandur




You Might Also Like

0 comments

Blogger Perempuan